Selasa, 19 Februari 2013

TUPO - Dibikin Gampang Aja

Saya baruuu aja tupo alias tutup point untuk target saya di bulan ini. Bangga? Nggak juga, lebih tepatnya lega. Dan malu sendiriiii...

Saya dong, dari pertama join udah tau kalo harus tupo sekian BP. Udah tau, udah apalll. Temen-temen tau apa yang malah saya lakukan? Saya dengan sembarangan menyematkan mahkota "melarat" di kepala saya. Hah, apa tuh?
Gini ceritanya. Waktu baru join, kebetulan dompet saya lagi langsing banget. Untuk tupo saat itu, nggak mungkin banget. Karena saya pinter ( plak! dikeplak orang sekelurahan), saya tawarin deh itu produk ke temen-temen. Saat itu starter kit dan katalog belom dateng, jadi saya minta mereka liat di katalog online, saya kirimin prospecting flyernya nutrishake.
Nyangkut? Iya dong. Ada sahabat yang order, disusul orang tua siswa (saya mengelola lembaga bahasa, red). Asiiik, lumayan dapet orderan, itulah BP pertama saya. Bersamaan itu, saya juga memesan banyak katalog untuk mempermudah jualan saya.
Katalog pun datang. Saya dengan sukacita menyebarkan katalog itu ke teman-teman. Saya menunggu, menanyakan orderan, menyebar, menunggu, menanyakan orderan lagi....

Waktu berlalu, dan deadline tupo saya pun menjelang...
Saya memang dapat orderan, kecil-kecil. Ada yang mau order juga, tapi masih ragu-ragu katanya. Saya rada bingung, ini gimana saya mau tupo kalo begini?

Saya buka-buka katalog. Dan menjatuhkan hati ke beberapa produk sambil senyum-senyum. Iseng-iseng hitung BP dari produk pilihan saya... Mmm... Kalo beli ini, mau saya pake untuk demo ah... Kalo yang ini..mau saya pake sendiri ah... total BPnya kalo diorder...mmm...

Lhah...!!!
Itu mah di materi dBCN ada! Paket sukses itu kannnn????

Kalo saya punya paket sukses, yang bakalan sukses nanti siapa? Pelanggan ato saya? SAYA kan???
Kalo saya mau sukses, berarti yang harus bayar tiket sukses siapa? SAYA juga kan???

Memangnya tiket suksesnya seberapa mahal? Ga sampe sejuta inih... Dan saya masih dapet barang.
Saya itung-itung kalo ini adalah bisnis, dengan modal segitu dan kerja (mana ada modal thok dapet uang), saya akan BEP dalam beberapa waktu. Jelas tuh. Resiko juga akan ada, tapi resikonya mah skala kuecilll.
Haduuuuh, saya ini katanya "Br*nch M*n*g*r"... masa memperkirakan beginian ga bisaaa.....

Astaghfirullah... Ternyata saya melihat dari sudut pandang yang tidak tepat, yang justru melemahkan diri sendiri. Saya sendiri loh, yang menyatakan diri "tidak mampu" dengan hanya menunggu orderan orang, cuma untuk tupo pribadi. Astaghfirullah, padahal Allah MahaKaya. Kalo order tupo, jika manfaatnya jelas, ya order aja. Bayarnya ya usahain sendiri, kalo ga punya ya usaha, dan paling penting sebelumnya : minta ama Allah , nanti juga dikasih, asal kitanya layak dikasih. Rait???

Yang gampang kok dibikin susah.
Pengen sukses kok nunggu dikasih (orderan).

Yuk ah,

Yupi
Si Mampu


 

Senin, 18 Februari 2013

Hayya alal Fallah!

Teman-teman, 5 kali sehari, masjid-masjid mengumandangkan kalimat ini. 5 kali dalam sehari kita diajak dan diingatkan untuk menuju kemenangan.
Kemenangan bisa berarti kesuksesan, dalam bidang apapun yang kita inginkan.
Saya, masih lebih sering menunda untuk sholat setelah mendengar adzan, dengan banyak alasan. Pekerjaan, kesibukan dan lain lain dan seterusnya dan begitulah. Memalukan yaaa...

Padahal janji Allah itu PASTI. Dan segala kesuksesan atau kegagalan, Allah yang punya, Allah yang tentukan. Mengabaikan ajakanNya, berarti menolak janjiNya. Setuju? Wong diajak sukses aja ga mau , kok, mengharap untuk sukses?

Yuk, bersama-sama, kalo kita memang MAU sukses, MAU menang, SAMBUT ajakanNya, sesegera mungkin (mumpung belum keduluan dipanggil olehNya, hehehe).

Salam,
Yupi.

Jumat, 15 Februari 2013

Mengurus Visa Jepang ( part 1)

Dalam rangka perjalanan pertama Kemal ke luar negeri, setelah paspor selesai (pembuatan paspor di positng disini), langkah selanjutnya adalah membuat visa.

Kemal akan berada di Jepang selama 2 bulan mendampingi eyangnya, dengan pengundang adalah kakak saya. Untuk pengurusan visa, bisa ke Japan Embassy di jakarta, atau ke KonJen Jepang yang ada di Surabaya dan Denpasar. Okeh.

Pada hari Rabu (13/02) kami berangkat dari Jember menuju Surabaya dengan kereta Logawa. Sampai di Gubeng jam 09.30. Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya ada di jl Sumatera no 93 Surabaya, deket banget sama stasiun Gubeng. Naik becak sebentar, kami sampai di depan Konjen Jepang. Tidak ada tulisan "Konsulat Jendral Jepang" , cuma ada tulisan dalam huruf jepang, kecil saja, yang artinya kurang lebih adalah jam operasional kantor.

Di depan pintu, lewat interkom kita berkomunikasi dengan satpam. Setelah tahu mau mengajuakn visa, baru deh gerbang besi (bukan gerbang besar, cuma seukuran pintu 1 meter) dibuka. Satpam meminta KTP kami, kemudian dikembalikan lagi, dan kami diberi kartu pengunjung. Ponsel dan kamera digital disimpankan oleh pak Satpam dalam box-box kecil bernomor. Setelah itu, kami dipersilahkan masuk ke pintu berikutnya.

Pintu yang buerat itu ternyata membawa kami masuk ke sebuah ruangan dengan scanner X Ray (seperti di bandara). Ruangan itu tak berjendela, hanya terang dari lampu. Setelah melewati scanner, kami dipersilahkan masuk ke salah satu dari 2 pintu yang ada di sisi ruangan.

Pintunya tebel dan berat banget loh. Saya pikir, kami akan masuk ke suatu ruangan lagi, ternyataaa....

Saya berada di luar. Ya, saya memasuki sebuah halaman dengan rumput yang hijau. Di seberang halaman, ada kantor lagi. Saya masuk, waktu itu ada 5 orang saja di situ. Saya mengambil nomor antrian dan mengantri. Ruangan kantor yang kecil dan nyaman. Suasananya sudah jepang banget. Bukan jepang klasik yang di film Oshin ya, tapi modern, nyaman, simpel. SOfa biru tua, koran dan majalh dengan huruf-huruf kanji, TV dengan drama jepang, dan di depan masing-masing loket (loketnya ada 3) tersedia botol dengan cairan alkohol untuk "mencuci" tangan. Jadi, sebelum kita berurusan dengan petugas, disarankan untuk mencuci tangan dulu. Terkesan deh ,dengan kepedulian mereka pada kebersihan dan kesehatan.

Tiba waktunya saya dipanggil. Saya maju dan menyerahkan berkas saya. Ternyata, form permohonan visa saya sudah jadul (padahal downoladnya baru saja) dan diminta mengganti dengan versi baru yang mereka punya. Saya pun mengisi form baru di meja yang disediakan. Oh iya, di pojok ruangan ada kursi dengan meja kecil yang di atasnya banyak majalah jepang yang sepertinya untuk anak-anak. Sayang Kemal tidak tertarik. Saking ngantuk dan nyamannya ruangan, dia tertidur di sofa, hahaha.

Saya mengambil nomor antrian lagi dan menunggu. Saat dipanggil lagi, saya menyerahkan form baru dan berkas kelengkapannya. Ditanya sedikit :"yang akan berangkat anak ibu?" (iya), "berangkatnya dengan ibunya ibu?" (iya), "ibu tidak ikut berangkat?" (tidak) "ibu sudah pernah ke jepang?" (belum)

Saya diminta menunggu kembali. Setelah sekitar 10 menit menunggu (tidak kerasa loh, soalnya asik dengerin orang-orang di sekitar yang ngobrol dengan bahasa jepang) saya pun dipanggil lagi. Diberi surat untuk pengambilan visa. Visa akan jadi dalam 4 hari kerja. Sebelum pengambilan bisa menelepon nomor yang tertera di surat tersebut.  Lhoh, kok sudah??? Hahaha, saya nggak menyangka akan secepat ini. Inget waktu bikin paspor yang menguras waktu...

Akhirnya, kami keluar lagi , melalui pintu keluar. Disambut pak satpam yang mengembalikan ponsel dan kamera kami. Yak, saudara-saudara, jam 11.30 urusan kami beressssss!!!! Alhamdulillah....

Teman-teman, kalo mau mengajukan permohonan visa di jepang, LENGKAPI dokumen yang diminta yaaa. Selengkap-lengkapnya. Karena kurang sedikit saja, akan ditolak oleh mereka.

Untuk visa kunjungan sementara dengan pengundang, syaratnya adalah :

  1. Paspor
  2. Form Permohonan, dilengkapi dengan pas foto (berwarna ato hitam putih), dengan background putih, berukuran 4,5cm x 4,5cm.
  3. Fotokopi KTP / fotokopi Surat Keterangan Domisili untuk anak di bawah umur.
  4. Fotokopi dokumen yang menunjukkan keberadaan pengundang di Jepang sana. ( KTP kakak saya, Certificate of Enrollment dari kampus, salinan paspor semua halaman lengkap).
  5. Bukti pemesanan tiket pesawat untuk pergi dan pulang, tanggal sesuai dengan di form .
  6. Jadwal Perjalanan. Jadwal hari demi hari selama berada di sana, kemana aja, ngapain aja. Dalam tabel yang kolomnya : Tanggal, hari, tempat.
  7. Fotokopi dokumen yang membuktikan hubungan keluarga antara pemohon dan pengundang. ( akte kelahiran kakak, surat nikah kakak, akte kelahiran Kemal, KK mama)
  8. Fotokopi dokumen yang menunjukkan hubungan dengan pemohon. (Dalam hal ini  kakak ipar saya juga turu mengundang, jadi menyertakan KK nya)
  9. Surat Undangan (dari kakak, ditujukan kepada Japan Embassy, intinya mengundang keluarganya)
  10. Surat Jaminan. Saya kurang tahu bacaannya apa, karena pake huruf kanji. Intinya ditandatangani kakak sebagai pengundang.
  11. Fotokopi buku tabungan pengundang selama 3 bulan terakhir (pastikan dananya "cukup" untuk membiayai pemohon selama berada di sana)
 Selain paspor, semua dokumen disusun urut, dan "dijepit" dengan si paspor. Oh iya, pastikan bahwa semua dokumen dicetak dan difotokopi di kertas ukuran A4 yah. 

Sampe di sini, kita belum membayar apapun ke konjen Jepang. Trus kapan dong? Tenang.... ada di part 2.
Met bikin visa juga yah, sampe ketemu di part 2!
 

Rabu, 13 Februari 2013

KENAPA ???

Ini note saya di fb, berjudul sama dengan judul postingan ini.  Untuk manteman tersayang...


Saya memilih bergabung dBC Network dengan banyak alasan dan pertimbangan yang panjang. Dari Mei 2009 udah diprospek sama mb Sharah Saleh Sugarda, tapi baru gabung sekarang. Bareng teman-teman baru.


Kok akun fesbuknya ada dua? Iya, saya menjaga perasaan teman-teman semua, yang sejak saya "wisuda" sebagai staff oriflame sudah mengajak saya bergabung.


Kenapa Oriflame?
Mengenal Oriflame sejak 10 tahun yang lalu,berkecimpung di dalamnya sebagai staff (CS-kasir-trainer-Beauty Specialist), saya tentu mengenal produknya. Berteman dengan banyak consultant oriflame, menyaksikan beberapa teman consultant mundur di tengah jalan karena berbagai alasan dan kepentingan. Dan mengikuti perjalanan beberapa dari mereka dari awal mendaftar sampai ke level-level hebat. SAYA TIDAK RAGU dengan bsinis ini.

Kenapa dBC Network?
dBC Network menawarkan sesuatu  yang lebih sesuai dengan saya. Itu saja.
Saya merasa oke dengan sistem bisnisnya. Logis dan Etis.
Cara kerja team dBC Network cocok dengan keseharian dan keadaan saya.
Dan saya, merasa adil karena tidak memilih satu teman saja (saya tidak mengenal mb Nadia Meutia dan mb Dini Shanti, karena saat mereka mendaftar sebagai consultant, hampir bersamaan dengan waktu saya resign dari manajemen oriflame).

Jika hal ini masih dirasa menyakiti, maafkan saya. Saya juga ingin sukses seperti teman-teman consultant, manager, director, gold dir, saphire dir dan seterusnya. Saya pilih jalan yang ini, doakan saya bisa seperti teman-teman semua, demi saya dan orang-orang tercinta saya.

Di hati, kita selalu teman.
Salam (mau pake oriflame clap ga? hehehe...)

Yupi.

Pembuatan Paspor di Imigrasi Jember

Bulan Januari 2013, saya membuat 2 paspor di Kantor Imigrasi Jember. Saya mengurus semuanya sendiri dari awal sampai akhir. Mudah kok. Gimana caranya? ini dia step-stepnya:

Pertama, datang ke kantor imigrasi.Di Jember, Kantor Imigrasi terletak di jl Panjaitan. lalu ke Koperrasi Imigrasi ( yang melayani fotokopi ) dan membeli formulir pengajuan paspor. Terdiri dari sebuah map khusus berwarna hijau, isinya formulir pengajuan paspor, dan formulir tambahan (pernyataan orang tua jika anak di bawah umur, dll). Map beserta isinya ituharganya Rp 35.000.

Kedua, isi formulir dan lengkapi berkas yang disyaratkan.Yaitu :
1. Fotokopi KTP ( Surat Keterangan Domisili dari kelurahan, jika pembuat paspor adalah anak di bawah umur)
2. Fotokopi KK
3. Fotokopi Akte Kelahiran atau Buku Nikah atau Ijazah , untuk bukti keaslian nama Hati-hati ya, nama beda satu huruf dengan KTP saja jadi masalah lhooo...

*Semua difotokopi di kertas ukuran A4 ya, jangan kertas yang lain, apalagiA3, kegedean! Haha*.

Ketiga, bawa ke Kantor Imigrasi lagi.
-Ke loket pendaftaran, disitu, berkas kita dicek kelengkapannya. Jika sudah lengkap dan sesuai persyaratan, kita akan diberi nomor antrian.
-Antri di Loket Pengajuan Paspor WNI Perorangan. Di sini berkas kita diuji lebih teliti. Kesamaan nama, tanggal lahir, dengan ijazah atau akte atau buku nikah. Kalau sudah sesuai, kita dipersilahkan makan, eh, pulang. Menunggu dihubungi (via sms) oleh kantor imigrasi untuk proses selanjutnya.

Keempat.
-3 hari setelahnya, kita akan mendapat sms dari kantor imigrasi, yang isinya pemanggilan wawancara dan foto.
-Datang ke loket pendaftaran, minta nomor antrian (bilang saja kita sudah dapat panggilan lagi)..
-Antri pembayaran. Setelah dipanggil, kita membayar biaya pembuatan paspor sebesar Rp 255.000, mendapatkan tanda terima, lalu antri lagi.
-Pemanggilan berikutnya, untuk proses foto. Pada saat foto, sidik jari kita juga di-scan. Mirip-mirip pembuatan e-ktp. Setelah selesai, antri lagi untuk wawancara..
-Pemanggilan berikutnya, untuk wawancanda. Di sini ditanya-tanya tentang tujuan pembuatan paspor, mau kemana, sama siapa, mau ngapain. Setelah selesai, mereka akan meminta kita tanda tangan. (Kecuali anak saya, di bawah umur, jadi yang tanda tangan mamanya).
-Selesai, pulang, tunggu kabar selanjutnya.

Kelima.
-5 hari kerja setelah foto, akan ada sms lagi dari imigrasi, pemberitahuan bahwa paspor sudah bisa diambil.
-Ke kantor imigrasi. Tidak bisa diwakilkan, walapun untuk anak di bawah umur. Ke loket pendaftaran, menunjukkan sms.
-Petugas akan meminta KTP kita, untuk ditinggal di sana, dan meminjamkan paspor kepada kita. Kok dipinjamkan? Iya, untuk kita fotokopi halaman depan dan paling belakang sebanyak 1 salinan.
-Fotokopian paspor diberikan ke kantor imigrasi, KTP dikembalikan lagi kepada kita, paspor pun sudah jadi milik kita. HOORAAAAAY!

Mengurus sendiri, sebenarnya tidak mahal kan? Dengan biaya fotokopi dan bensin, tetap saja jauh lebih murah dibandingkan dengan yang diurus biro jasa, yang kisarannya Rp 750.000 per orang (itu belum termasuk biaya tambahan jika ada ketidaksamaan nama dan tanggal lahir pada KTP dan akte/surat nikah/ijazah).

Di kantor imigrasi Jember, ditulis besar-besar DILARANG MEMBUAT PASPOR MELALUI CALO. Hehe, calo memang tidak ada, tapi "biro jasa" bertebaran dimana-mana. Membawa bertumpuk-tumpuk berkas, meletakkan tumpukan berkas mereka di loket, sementara kita menunggu dipanggil satu persatu. Menggerombol di depan loket pembayaran. Ikut-ikutan panggil antrian. Mondar-mandir mengatur "klien" yang antri foto dan wawancara. Itu adalah pekerjaan, mereka mencari nafkah untuk keluarganya. Hanya saja yang mengganggu saya, mereka mendapat jauh lebih banyak kemudahan dari kantor imigrasi, dibanding dengan yang mengurus sendiri. Kalau kantor imigrasi bisa lebih adil, tentu lebih menyenangkan yaaa....

Lah kok malah curhat? Hehehe...

Sekian edisi paspor kali ini. Besok insyaAllah saya posting edisi Visa.
Salam!