Sabtu, 27 April 2013

KEMAL, SHINKANSEN dan MIMPI


Kemal adalah penyuka kereta dan pesawat.  Pertama kali naik kereta Logawa dari Jogja , mengunjungi mama Nino dan Bapak Agus dan mbak Dira di Jember, pada usia 11 bulan. Ketertarikan dengan kereta dimulai setahun kemudian, di usianya yang kedua, dengan kereta yang sama, sekali lagi ke Jember. Lagu “naik keleta api tut tut tut” jadi top hits di rumah kami setelah itu.

Kemudian Kemal pun mengenal buku. Buku transportasi, poster alat transportasi, gambar alat transportasi selalu menjadi perhatiannya. Ritual (di)baca(kan) buku menjelang tidur hampir selalu menuai request : buku eta (buku tentang kereta), buku pesawat, buku tapotasi (buku tentang transportasi). Jangan ditanya bagaimana rasanya petugas baca tiap malam, yaitu saya,membaca hal yang sama berulang-ulang-ulang-ulang.... Hehehe
Kue ultah ke 2 : Train (2009)

Menjelang ulang tahunnya yang ke 3, kami pindah ke Jember. Dan Kemal sudah mulai membaca. Tugas membacakan buku masih ada, namun lebih sering dia yang berusaha membaca (Kemal belajar membaca sendiri, secara alami tanpa diajari pada usia 3). Kesukaannya mulai mengerucut pada kereta, pesawat dan helikopter.  Hari minggu pun kami habiskan di stasiun Jember, berbekal air, susu dan kue. Kadang saya bawakan nasi sekalian, kalau di rumah lagi susah makan. Lumayanlah, hati yang hepi ternyata berpengaruh langsung terhadap selera makan ya... ^_^

Kegiatan hari minggu : piknik di stasiun Jember (2010)

Suatu hari , sepulang beli buku dari Gramedia, dia membelalak gembira, menunjuk ke sebuah gambar dalam buku : “Mama, ini kereta Shinkansen, aku mau naik ini!” Saya waktu itu hanya berkata :”Iyaaa...!”. ‘Iya’ biasa seorang ibu, terselip sedikit aamiin di situ, tapi ya hanya itu. Sepanjang sore dia melompat-lompat gembira, karena mau naik shinkansen, kereta peluru mengagumkan yang dilihatnya di gambar.
Shinkansen (gambar dari google)


Buku-buku berikutnya membuatnya semakin mengenal si Shinkansen ini, juga kereta-kereta lainnya. Dari lokomotif Mallard, Adler,kereta kuno Orient Express, Glacier Express, kereta modern Maglev, ICE dan istilah-istilah persepuran seperti wesel, lebar sepur, dan entah apa lagi yang tertampung di otak tiga tahunnya itu.

Dia tidak pernah bertanya : kapan aku naik Shinkansen?. Tapi selalu bekata : “Aku mau (maksudnya akan,red) naik Shinkansen!” lengkap dengan binar-binar yang bagi saya seperti kembang api di malam takbiran, meriah, huehehehe . Mungkin teman-temannya atau kadang bu guru di TKnya sudah bosan mendengarnya (Alhamdulillah kami di rumah tidak bosan). Sekali dua kali dia merengut, mengadu : baru saja ditertawakan di sekolah karena dia bilang  mau naik Shinkansen. Tapi binar itu tidak pernah meredup. Dan senyumnya akan kembali terpampang jika kami yang di rumah sudah ngayem-ayemi : "mereka cuma belum tahu Shinkansen itu apa, marahnya udah ya, besok bawain aja gambarnya..." Hehe...

Dan hari ini, di umurnya yang 6 tahun 3 minggu, KEMAL NAIK SHINKANSEN. Perjalanan dari Kyoto ke Kobe, Jepang, dengan Shinkansen Nozomi 700.  Betapa bahagia, betapa bersemangat. Saya saja berlinangan air mata, demi melihat satu mimpinya tercapai. Subhanallah, Alhamdulillah...
Menjelang berangkat, hepiiii (walaupun sedang batuk)

Baru turun dari kereta. Shinkansen Nozomi N700 Kyoto-Kobe


Jika diukur secara rasional, saya tentu belum mampu membiayai perjalanannya ke Kyoto, apalagi bepergian dengan Shinkansen dengan kondisi saya saat ini. Tapi Kemal, bocah TK ini mengajarkan saya sesuatu : DIA PERCAYA DAN YAKIN PADA MIMPINYA, DAN SEMESTA MENDUKUNGNYA.


Bye Shinkansen, sampe ketemu yaaa

Semoga mimpi-mimpi yang lain, yang embuh terserah kamu yang penting baik : bikin pesawat, jadi pilot pesawat tempur, naik roket ke planet, bikin randen/kereta listrik jarak dekat di Jember (ini mimpi terbaru sejak 2 bulan yang lalu, pertama lihat randen di Kyoto) terwujud satu demi satu ya Le... Mama yang akan belajar dari kamu, gimana caranya enggak malu diketawain, gimana caranya enggak lupa sama tujuan dan gimana caranya ikhlas pada semesta. (mamanyakemal)