Kemal adalah penyuka kereta dan pesawat. Pertama kali naik kereta Logawa dari Jogja , mengunjungi
mama Nino dan Bapak Agus dan mbak Dira di Jember, pada usia 11 bulan.
Ketertarikan dengan kereta dimulai setahun kemudian, di usianya yang kedua,
dengan kereta yang sama, sekali lagi ke Jember. Lagu “naik keleta api tut tut
tut” jadi top hits di rumah kami setelah itu.
Kemudian Kemal pun mengenal buku. Buku
transportasi, poster alat transportasi, gambar alat transportasi selalu menjadi
perhatiannya. Ritual (di)baca(kan) buku menjelang tidur hampir selalu menuai
request : buku eta (buku tentang kereta), buku pesawat, buku tapotasi (buku
tentang transportasi). Jangan ditanya bagaimana rasanya petugas baca tiap
malam, yaitu saya,membaca hal yang sama berulang-ulang-ulang-ulang.... Hehehe
Kue ultah ke 2 : Train (2009)
Menjelang ulang tahunnya yang ke 3, kami pindah ke
Jember. Dan Kemal sudah mulai membaca. Tugas membacakan buku masih ada, namun
lebih sering dia yang berusaha membaca (Kemal belajar membaca sendiri, secara
alami tanpa diajari pada usia 3). Kesukaannya mulai mengerucut pada kereta,
pesawat dan helikopter. Hari minggu pun
kami habiskan di stasiun Jember, berbekal air, susu dan kue. Kadang saya
bawakan nasi sekalian, kalau di rumah lagi susah makan. Lumayanlah, hati yang
hepi ternyata berpengaruh langsung terhadap selera makan ya... ^_^
Suatu hari , sepulang beli buku dari Gramedia, dia
membelalak gembira, menunjuk ke sebuah gambar dalam buku : “Mama, ini kereta
Shinkansen, aku mau naik ini!” Saya waktu itu hanya berkata :”Iyaaa...!”. ‘Iya’
biasa seorang ibu, terselip sedikit aamiin di situ, tapi ya hanya itu.
Sepanjang sore dia melompat-lompat gembira, karena mau naik shinkansen, kereta peluru mengagumkan yang dilihatnya di gambar.
Shinkansen (gambar dari google)
Buku-buku berikutnya membuatnya semakin mengenal
si Shinkansen ini, juga kereta-kereta lainnya. Dari lokomotif Mallard, Adler,kereta
kuno Orient Express, Glacier Express, kereta modern Maglev, ICE dan
istilah-istilah persepuran seperti wesel, lebar sepur, dan entah apa lagi yang
tertampung di otak tiga tahunnya itu.
Dia tidak pernah bertanya : kapan aku naik
Shinkansen?. Tapi selalu bekata : “Aku
mau (maksudnya akan,red) naik Shinkansen!” lengkap dengan binar-binar yang
bagi saya seperti kembang api di malam takbiran, meriah, huehehehe . Mungkin
teman-temannya atau kadang bu guru di TKnya sudah bosan mendengarnya
(Alhamdulillah kami di rumah tidak bosan). Sekali dua kali dia merengut, mengadu : baru saja ditertawakan di sekolah karena dia bilang mau naik Shinkansen. Tapi binar itu tidak pernah meredup. Dan senyumnya akan kembali terpampang jika kami yang di rumah sudah ngayem-ayemi : "mereka cuma belum tahu Shinkansen itu apa, marahnya udah ya, besok bawain aja gambarnya..." Hehe...
Dan hari ini, di umurnya yang 6 tahun 3 minggu, KEMAL NAIK SHINKANSEN. Perjalanan dari
Kyoto ke Kobe, Jepang, dengan Shinkansen Nozomi 700. Betapa bahagia, betapa bersemangat. Saya saja
berlinangan air mata, demi melihat satu mimpinya tercapai. Subhanallah,
Alhamdulillah...
Menjelang berangkat, hepiiii (walaupun sedang batuk)
Baru turun dari kereta. Shinkansen Nozomi N700 Kyoto-Kobe
Semoga mimpi-mimpi yang lain, yang embuh terserah kamu yang penting baik : bikin pesawat, jadi pilot pesawat tempur, naik roket ke planet, bikin randen/kereta listrik jarak dekat di Jember (ini mimpi terbaru sejak 2 bulan yang lalu, pertama lihat randen di Kyoto) terwujud satu demi satu ya Le... Mama yang akan belajar dari kamu, gimana caranya enggak malu diketawain, gimana caranya enggak lupa sama tujuan dan gimana caranya ikhlas pada semesta. (mamanyakemal)